Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 04 Januari 2013

Solusi SDLB Bangko Bertele-tele




Polemik SDLB Berlanjut
 

BANGKO-Kasus sengketa lahan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang terletak di Jalan Lintas Bangko-Kerinci desa Kungkai sepertinya sulit mencari penyelesaian. Pasalnya kedua pihak tetap bersikukuh merasa benar sendiri.
        Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Merangin, Akhmad Bastari ketika dikonfirmasikan sudahkah dia meminta maaf seperti yang diminta oleh Edu, pewaris tanah sengketa tersebut.
        Dikatakannya, permintaan maaf telah diutarakannya pada Desember 2012 lalu di sebuah rumah makan di Kota Bangko. Namun setelah permintaan maaf tersebut disampaikan, solusi permasalahan tersebut juga belum ditemukan.
Menurutnya, saat itu Edu mengatakan akan membicarakan perihal tersebut kepada keluarganya. Namun hingga sekarang belum juga ada kabar.
        ‘’Saya telah meminta maaf kepada saudara Edu bulan Desember lalu, sekarang sudah 2013 berarti sudah satu tahun saya minta maaf. Namun tidak ada solusinya,” kata Bastari, Kamis (3/1) kemarin di Kantor Kemenag Merangin.
        Pada pertemuan tersebut, diceritakan Bastari pihaknya ingin agar permasalahan tersebut cepat diselesaikan. Bahkan Disdik meminta kesediaan pihak Edu untuk melepaskan tanah yang diatasnya berdiri bangunan tersebut, sementara sisanya tidak akan dipersoalkan.
        ‘’Kita ingin agar tanah yang diatasnya ada bangunan SDLB bisa dilepaskan. Nanti masalah harga akan kita bicarakan kembali,” tuturnya.
        Karena hingga kini belum ada kepastian solusi tersebut, Bastari menilai tidak ada itikad baik untuk mempercepat selesainya permasalahan ini. Padalah sebelumnya, (diingatkan Bastari), dia diharuskan meminta maaf terlebih dahulu dan setelah permintaan maaf tersebut diungkapkan maka pihak Edu bersedia menyelesaikan sengketa tersebut.
‘’Dulu katanya saya harus minta maaf terlebih dahulu. Ternyata tidak demikian. Kita masih berseberangan,” ungkapnya.
Sementara itu, ketika di konfirmasikan kepada pewaris lahan, Edu wardi mengaku memang pernah menerima permintaan maaf dari Bastari. Dia menilai permintaan maaf tersebut tidak murni dari desakan pemkab Merangin, namun dari pribadi Bastari sendiri.
Padalah  menurut Edu yang dia inginkan adalah Bastari meminta maaf secara formal dan kedinasan serta dipublikasikan ke lima media cetak yang beredar di Merangin ini.
‘’Saya paham maksud pak Bastari itu meminta maaf murni dari dirinya sendiri dan bukan kedinasan, yakni mencari simpati dari masyarakat Merangin bahwa secara ikhlas dia meminta maaf kepada kami. Dan saya jawab waktu itu, permintaan maaf saya terima namun persoalan tidak semudah membalikkan telapak tangan,” terang Edu.
Dia juga sempat menjelaskan beberapa pernyataan Bastari di media cetak yang mengatakan bahwa Bastari belum bisa meminta maaf karena Edu saat itu berada di Jambi. Hal itu dibantah Edu, dia mengaku selama lima bulan ini belum pernah keluar dari Merangin.
 ‘’Itu tidak benar, saya tidak pernah ke jambi dalam beberapa bulan ini,” kata Edu lagi.
Kedepannya Edu tetap berharap pihak Pemkab dalam hal ini Disdik Merangin agar bisa bersikap profesional menyikapi permasalahan ini. Maksud Edu adalah saat memberikan pernyataan apalagi di media massa yang notabene dibaca oleh masyarakat haruslah sesuai dengan keadaannya.
‘’Harus jujur lah kalau bicara, jangan terlalu banyak basa basi yang akhirnya menciptakan permasalahan baru. Apalagi jika orang yang bicara itu adalah pejabat,” tutup Edu.(top)

0 komentar:

Posting Komentar