Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 06 Desember 2012

Wisuda Mahasiswa STKIP Bangko Diwarnai Kericuhan



Orangtua Wisuda Protes Tak Dapat Tempat

Suasana luar aula STKIP tempat pelaksanaan wisuda

BANGKO-Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) YPM Bangko mengadakan wisuda terhadap mahasiswanya, Minggu (2/12) kemarin.
        Sayangnya, kegiatan wisuda STKIP tahun 2012 ini sempat diwarnai kericuhan diluar aula. Pasalnya beberapa orang mahasiswa peserta wisuda dan para orang tua yang tidak bisa memasuki ruang aula protes.
Kejadian itu bermula sekitar jam 10:00 WIB karena semua pintu akses masuk ke aula ditutup rapat sehingga baik itu para orang tua, dan beberapa mahasiswa yang terlambat tidak bisa masuk. Padahal keterlambatan mereka rata-rata dengan alibi hari itu hujan.
        Salah seorang orang tua mahasiswa, Sutrisno mengatakan kinerja panitia pelaksana wisuda sangat tidak professional. Hal itu karena tidak ada penjagaan yang seimbang diluar ruangan aula dan didalam ruangan aula. Sehingga komunikasi antara luar dan dalam tidak bisa terjadi.
        ‘’Ini bagaimana, kok semua pintu terkunci, seharusnya kan ada penjaga disetiap pintunya,” ungkap Sutrisno yang juga mantan anggota DPRD ini.
        Kemarahan Sutrisno sempat memuncak saat satpam yang berjaga dilokasi mengatakan bahwa dia tidak memegang konci.
        ‘’Kok ya aneh, bagaimana jika terjadi apa-apa di dalam, kebakaran mungkin, gempa bumi mungkin, bagaimana orang yang didalam bisa keluar sementara koncinya tidak tahu siapa yang megang,” celotehnya lagi sambil menggedor-gedor rollingdoor sebanyak lima kali.
        Menurut Sutrisno yang lebih disayangkan adalah mahasiswa yang tidak bisa memasuki aula. Dikatakannya jika mahasiswa tersebut tidak bisa juga dimasukkan ke dalam aula maka bagaimana bisa mahasiswa mendengarkan arahan yang disampaikan oleh pihak kampus.
        ‘’Soal keterlambatan mahasiswa itu urusan pribadi mereka. Yang jelas mahasiswa ini memiliki bangku didalam, jadi tolong diprioritaskan dong,” katanya lagi dan dibenarkan oleh para undangan yang lainnya.
Sementara itu, Menurut satpam tersebut pintu terkonci tidak sengaja karena panitia yang ada didalam menutup pintu dan otomatis pintu langsung terkonci.
‘’Saya juga tidak tahu kenapa dikonci. Mungkin karena didalam sudah tidak muat lagi makanya panitia menutup pintu dan otomatis terkonci,” kata satpam tersebut yang enggan disebutkan namanya.
Karena mahasiswa dan para undangan lainnya mulai banyak memadati depan pintu masuk, beberapa saat kemudian satpam tersebut kembali lagi dan mengeluarkan konci dan langsung membuka pintu. Akhirnya mahasiswa yang akan diwisuda dipersilahkan masuk semua. Namun tidak semua orang tua mahasiswa dipersilahkan masuk meskipun mereka memegang undangan.
‘’Kami bagaimana, kok tidak boleh masuk, ini ada undangannya loh,” teriak seorang wanita paruh baya yang berlogat jawa.
Namun karena permintaannya tidak digubris oleh panitia dengan alasan ruangan sudah penuh. Wanita itu hanya bisa meratap sedih karena tidak bisa menyaksikan anaknya yang akan diwisuda.
Salah seorang orangtua yang diundang mengatakan, kesiapan STKIP melayani jumlah para undangan tidak maksimal. Disamping itu fasilitas didalam aula tidak baik dan sesak.
‘’Semestinya STKIP itu kalau mau buat acara ya dihitung dulu kapasitas gedungnya, jumlah korsinya, fasilitas didalamnya seperti pendingin ruangan dan lainnya. Bukan seperti ini, kami didalam kayak bukan undangan saja. Berdiri dan sumpek,” ungkap salah seorang orang tua mahasiswa yang mengaku dari Masurai ini.
Dijelaskannya, selama didalam dia tidak mendapatkan korsi sehingga harus berdiri, sedangkan dia memegang surat undangan resmi dari pihak STKIP untuk menghadiri wisuda putri mereka.
        ‘’Jika ruangan tidak mencukupi kan bisa dilaksanakan ditempat yang lebih luas seperti lapangan KONI. Kalau mau diruang ini juga ya semestinya diluar didirikan tenda dan monitor TV, jadi ruang aula nya tidak sumpek, saya jamin tidak ada yang akan protes,” katanya lagi.
Sementara itu salah seorang masyarakat berpandangan lain. Menurutnya sistim wisuda disetiap kampus kebanyakan sama, yakni membatasi jumlah para undangan yang hadir dengan alasan agar proses wisuda menjadi hikmat. Namun tujuan utamanya adalah memasukkan anggaran undangan dalam dana yang dihimpun dari mahasiswa yang akan diwisuda.
‘’ Kalau di STKIP ini masih enak undangannya hanya dibebankan dari biaya mahasiswa yang wisuda yakni satu orang mahasiswa diberikan undangan untuk dua orang. Kalau ditempat lain undangan malah diperjual belikan,” katanya.
Makanya jika penyelenggaraan wisuda ditempat umum maka tidak ada lagi pungutan biaya undangan tersebut.(top)

0 komentar:

Posting Komentar