Polemik SDLB Berlanjut
BANGKO-Kasus
sengketa lahan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang terletak di Jalan Lintas
Bangko-Kerinci desa Kungkai sepertinya sulit mencari penyelesaian. Pasalnya
kedua pihak tetap bersikukuh merasa benar sendiri.
Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas
Pendidikan (Kadisdik) Merangin, Akhmad Bastari ketika dikonfirmasikan sudahkah
dia meminta maaf seperti yang diminta oleh Edu, pewaris tanah sengketa
tersebut.
Dikatakannya, permintaan maaf telah
diutarakannya pada Desember 2012 lalu di sebuah rumah makan di Kota Bangko.
Namun setelah permintaan maaf tersebut disampaikan, solusi permasalahan
tersebut juga belum ditemukan.
Menurutnya, saat itu Edu
mengatakan akan membicarakan perihal tersebut kepada keluarganya. Namun hingga
sekarang belum juga ada kabar.
‘’Saya telah meminta maaf kepada saudara
Edu bulan Desember lalu, sekarang sudah 2013 berarti sudah satu tahun saya
minta maaf. Namun tidak ada solusinya,” kata Bastari, Kamis (3/1) kemarin di
Kantor Kemenag Merangin.
Pada pertemuan tersebut, diceritakan
Bastari pihaknya ingin agar permasalahan tersebut cepat diselesaikan. Bahkan
Disdik meminta kesediaan pihak Edu untuk melepaskan tanah yang diatasnya
berdiri bangunan tersebut, sementara sisanya tidak akan dipersoalkan.
‘’Kita ingin agar tanah yang diatasnya
ada bangunan SDLB bisa dilepaskan. Nanti masalah harga akan kita bicarakan
kembali,” tuturnya.
Karena hingga kini belum ada kepastian
solusi tersebut, Bastari menilai tidak ada itikad baik untuk mempercepat
selesainya permasalahan ini. Padalah sebelumnya, (diingatkan Bastari), dia
diharuskan meminta maaf terlebih dahulu dan setelah permintaan maaf tersebut
diungkapkan maka pihak Edu bersedia menyelesaikan sengketa tersebut.
‘’Dulu katanya saya harus minta
maaf terlebih dahulu. Ternyata tidak demikian. Kita masih berseberangan,”
ungkapnya.
Sementara itu, ketika di
konfirmasikan kepada pewaris lahan, Edu wardi mengaku memang pernah menerima
permintaan maaf dari Bastari. Dia menilai permintaan maaf tersebut tidak murni
dari desakan pemkab Merangin, namun dari pribadi Bastari sendiri.
Padalah menurut Edu yang dia inginkan adalah Bastari
meminta maaf secara formal dan kedinasan serta dipublikasikan ke lima media
cetak yang beredar di Merangin ini.
‘’Saya paham maksud pak Bastari
itu meminta maaf murni dari dirinya sendiri dan bukan kedinasan, yakni mencari
simpati dari masyarakat Merangin bahwa secara ikhlas dia meminta maaf kepada
kami. Dan saya jawab waktu itu, permintaan maaf saya terima namun persoalan
tidak semudah membalikkan telapak tangan,” terang Edu.
Dia juga sempat menjelaskan
beberapa pernyataan Bastari di media cetak yang mengatakan bahwa Bastari belum
bisa meminta maaf karena Edu saat itu berada di Jambi. Hal itu dibantah Edu,
dia mengaku selama lima bulan ini belum pernah keluar dari Merangin.
‘’Itu tidak benar, saya tidak pernah ke jambi
dalam beberapa bulan ini,” kata Edu lagi.
Kedepannya Edu tetap berharap
pihak Pemkab dalam hal ini Disdik Merangin agar bisa bersikap profesional
menyikapi permasalahan ini. Maksud Edu adalah saat memberikan pernyataan
apalagi di media massa yang notabene dibaca oleh masyarakat haruslah sesuai
dengan keadaannya.
‘’Harus jujur lah kalau bicara,
jangan terlalu banyak basa basi yang akhirnya menciptakan permasalahan baru.
Apalagi jika orang yang bicara itu adalah pejabat,” tutup Edu.(top)
0 komentar:
Posting Komentar