Orangtua
Wisuda Protes Tak Dapat Tempat
Suasana luar aula STKIP tempat pelaksanaan wisuda |
BANGKO-Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) YPM Bangko mengadakan wisuda
terhadap mahasiswanya, Minggu (2/12) kemarin.
Sayangnya, kegiatan wisuda STKIP tahun
2012 ini sempat diwarnai kericuhan diluar aula. Pasalnya beberapa orang
mahasiswa peserta wisuda dan para orang tua yang tidak bisa memasuki ruang aula
protes.
Kejadian itu bermula sekitar jam 10:00
WIB karena semua pintu akses masuk ke aula ditutup rapat sehingga baik itu para
orang tua, dan beberapa mahasiswa yang terlambat tidak bisa masuk. Padahal
keterlambatan mereka rata-rata dengan alibi hari itu hujan.
Salah seorang orang tua mahasiswa,
Sutrisno mengatakan kinerja panitia pelaksana wisuda sangat tidak professional.
Hal itu karena tidak ada penjagaan yang seimbang diluar ruangan aula dan
didalam ruangan aula. Sehingga komunikasi antara luar dan dalam tidak bisa
terjadi.
‘’Ini bagaimana, kok semua pintu
terkunci, seharusnya kan ada penjaga disetiap pintunya,” ungkap Sutrisno yang
juga mantan anggota DPRD ini.
Kemarahan Sutrisno sempat memuncak saat
satpam yang berjaga dilokasi mengatakan bahwa dia tidak memegang konci.
‘’Kok ya aneh, bagaimana jika terjadi
apa-apa di dalam, kebakaran mungkin, gempa bumi mungkin, bagaimana orang yang
didalam bisa keluar sementara koncinya tidak tahu siapa yang megang,”
celotehnya lagi sambil menggedor-gedor rollingdoor sebanyak lima kali.
Menurut Sutrisno yang lebih disayangkan
adalah mahasiswa yang tidak bisa memasuki aula. Dikatakannya jika mahasiswa
tersebut tidak bisa juga dimasukkan ke dalam aula maka bagaimana bisa mahasiswa
mendengarkan arahan yang disampaikan oleh pihak kampus.
‘’Soal keterlambatan mahasiswa itu
urusan pribadi mereka. Yang jelas mahasiswa ini memiliki bangku didalam, jadi
tolong diprioritaskan dong,” katanya lagi dan dibenarkan oleh para undangan
yang lainnya.
Sementara itu, Menurut satpam tersebut
pintu terkonci tidak sengaja karena panitia yang ada didalam menutup pintu dan
otomatis pintu langsung terkonci.
‘’Saya juga tidak tahu kenapa dikonci.
Mungkin karena didalam sudah tidak muat lagi makanya panitia menutup pintu dan
otomatis terkonci,” kata satpam tersebut yang enggan disebutkan namanya.
Karena mahasiswa dan para undangan
lainnya mulai banyak memadati depan pintu masuk, beberapa saat kemudian satpam
tersebut kembali lagi dan mengeluarkan konci dan langsung membuka pintu.
Akhirnya mahasiswa yang akan diwisuda dipersilahkan masuk semua. Namun tidak
semua orang tua mahasiswa dipersilahkan masuk meskipun mereka memegang
undangan.
‘’Kami bagaimana, kok tidak boleh masuk,
ini ada undangannya loh,” teriak seorang wanita paruh baya yang berlogat jawa.
Namun karena permintaannya tidak
digubris oleh panitia dengan alasan ruangan sudah penuh. Wanita itu hanya bisa
meratap sedih karena tidak bisa menyaksikan anaknya yang akan diwisuda.
Salah seorang orangtua yang diundang
mengatakan, kesiapan STKIP melayani jumlah para undangan tidak maksimal.
Disamping itu fasilitas didalam aula tidak baik dan sesak.
‘’Semestinya STKIP itu kalau mau buat
acara ya dihitung dulu kapasitas gedungnya, jumlah korsinya, fasilitas
didalamnya seperti pendingin ruangan dan lainnya. Bukan seperti ini, kami
didalam kayak bukan undangan saja. Berdiri dan sumpek,” ungkap salah seorang
orang tua mahasiswa yang mengaku dari Masurai ini.
Dijelaskannya, selama didalam dia tidak
mendapatkan korsi sehingga harus berdiri, sedangkan dia memegang surat undangan
resmi dari pihak STKIP untuk menghadiri wisuda putri mereka.
‘’Jika ruangan tidak mencukupi kan bisa
dilaksanakan ditempat yang lebih luas seperti lapangan KONI. Kalau mau diruang
ini juga ya semestinya diluar didirikan tenda dan monitor TV, jadi ruang aula
nya tidak sumpek, saya jamin tidak ada yang akan protes,” katanya lagi.
Sementara itu salah seorang masyarakat
berpandangan lain. Menurutnya sistim wisuda disetiap kampus kebanyakan sama,
yakni membatasi jumlah para undangan yang hadir dengan alasan agar proses
wisuda menjadi hikmat. Namun tujuan utamanya adalah memasukkan anggaran
undangan dalam dana yang dihimpun dari mahasiswa yang akan diwisuda.
‘’ Kalau di STKIP ini masih enak
undangannya hanya dibebankan dari biaya mahasiswa yang wisuda yakni satu orang
mahasiswa diberikan undangan untuk dua orang. Kalau ditempat lain undangan
malah diperjual belikan,” katanya.
Makanya jika penyelenggaraan wisuda ditempat
umum maka tidak ada lagi pungutan biaya undangan tersebut.(top)
0 komentar:
Posting Komentar